Author Archives: Amalia Hana Arifa

About Amalia Hana Arifa

harry potter mania, that's me :)

Perbedaan NPV dan IRR Beserta Fungsinya

Standard

Perbedaan NPV dan IRR diantaranya adalah :

  1. NPV adalah proceeds atau cash flows yang didiskontokan atas dasar biaya modal (cost of capital) atau rate of return yang diinginkan, sedangkan IRR adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future prodeeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays).
  2. NPV dihitung dari selisih antara PV dari pengeluaran modal (capital outlay atau initial investment), sedangkan IRR dicari dengan cara “Trial and error” dengan serba coba-coba.
  3. NPV tidak memiliki arti jika digunakan untuk membandingkan proyek yang memiliki jumlah investasi awal yang berbeda, sedangkan IRR mudah untuk dibandingkan dengan proyek yang memiliki jumlah investasi awal yang berbeda.
  4. NPV dari proyek yang lebih dari satu dapat ditambahkan, sedangkan IRR dari beberapa proyek tidak dapat ditambahkan.
  5. Pada metode NPV memperbolehkan penggunaan tingkat diskon yang berbeda dalam periode yang berbeda, sedangkan pada metode IRR hanya memperbolehkan penggunaan satu tingkat diskon pada seluruh periode.

             Fungsi dari NPV dan IRR adalah sama-sama untuk menyatakan kelayakan bisnis, misalnya usulan proyek. Jika nilai IRR > SOCC maka proyek dinyatakan layak, jika IRR = SOCC maka terjadi BEP, dan jika IRR < SOCC maka proyek dinyatakan tidak layak. Jika nilai NPV > 0 maka usaha/proyek layak untuk dilaksanakan, jika NPV = 0 maka usaha/proyek mencapai keadaan BEP, dan jika NPV < 0 maka usaha/proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Analisis Kriteria Investasi

Standard

Analisis Kriteria Investasi (Studi Kelayakan Bisnis)

Studi kelayakan bisnis sangat perlu dilakukan jika mendirikan suatu bisnis atau usaha. Studi kelayakan bisnis sering disebut juga sebagai feasible study. Studi ini merupakan salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah menerima/menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Suatu usaha yang diusulkan/direncanakan dikatakan layak jika dalam pelaksanaannya dapat memberikan manfaat finansial maupun sosial.

Dalam analisis ini, tentunya memerlukan beberapa indikator, diantaranya adalah NPV, IRR, dan Payback Period.

  1. NPV

NPV (net present value) merupakan nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan. NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan. NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam bentuk present value. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. Contoh :

Pimpinan perusahaan akan mengganti mesin lama dengan mesin baru karena mesin lama tidak ekonomis lagi, baik secara teknis maupun ekonomis. Untuk mengganti mesin lama dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 75.000.000,‐. Mesin baru mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima sebesar Rp.15.000.000,‐. Berdasarkan pengalaman pengusaha, cash in flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,‐ dengan biaya modal 18% per tahun. Apakah penggantian mesin ini layak untuk dilakukan apabila dilihat dari PV dan NPV?

Dalam perhitungan NPV, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dan menggunakan cash flow diagram.

Cara 1 :

PV = 16.949.153 + 14.363.689 + 12.172.617 + 10.315.778 + 8.742.184 +  6.556.638

= 69.100.059

NPV = PV – OO = 69.100.059 – 75.000.000 = – 5.899.941

Cara 2 :

P = -75 + 20 (P/A,18%,5) + 15 (P/F,18%,5)

= -75 + 62,544 + 6,5565

= -5,8995 juta

NPV yang diperoleh bernilai negatif, maka pembelian mesin tidak feasible.

2. PV (Present Value)

PV (present value) merupakan nilai sejumlah uang sekarang yang merupakan ekivalensi dari sejumlah cash flow tertentu pada periode tertentu dengan tingkat suku bunga tertentu. Fungsi ini berguna untuk menghitung nilai sekarang (present value) dari suatu deret angsuran seragam di masa yang akan datang dan suatu jumlah tunggal yang telah disama-ratakan pada akhir periode pada suatu tingkat bunga. Perbedaan utama antara fungsi PV dan NPV adalah: PV bisa digunakan pada awal atau akhir periode dari suatu aliran kas, PV mengharuskan semua nilai sama, sedangkan NPV nilai-nilai bisa bervariasi.

3. IRR

IRR (internal rate of return) merupakan tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount factor, maka dapat dikatakan investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan. Jika sama dengan discount factor, dikatakan investasi yang ditanamkan akan balik modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount factor maka investasi yang ditanamkan tidak layak.

Contoh : soal sama dengan contoh NPV

DF 18%

P = P + A (P/A,i,n) + F (P/F, i, n)

P = -75.000.000 + 20.000.000 (P/A, 18%, 5) + 15.000.000 (P/F, 18%, 5)

P = -75.000.000 +62.544.000 + 6.556.500

P = -5.899.500

DF 14%

PV= 20.000.000 / (1 +0,14) +  20.000.000/(1 + 0,14)2 + 20.000.000/ (1 + 0,14)3+…..+ 20.000.000/(1 + 0,14)5 + 15.000.000/(1 + 0,14)5

PV = 1.754.3859 + 15.389.350 + 13.499.430 +11.841.605+10.387.373+7.790.529

PV = 76.452.146

NPV = 76.452.146 – 75.000.000 = 1. 452.146

DF 24%

PV = 20.000.000/(1 +0,24) + 20.000.000/(1 + 0,24)2 + 20.000.000/(1 + 0,24)3 + ….. + 20.000.000/(1 + 0,24)5+ 15.000.000/(1 + 0,24)5

PV = 16.129.032 + 13.007.284 + 10.489.745 + 8.459.471 + 6.822.154 +5.116.616

PV = 60.024.302

NPV = 60.024.302 – 75.000.000

NPV = – 14.975.698

Sehingga dapat diambil kesimpulan, semakin besar DF, gagasan usaha tidak layak.

4. SOCC

SOCC (Social Opportunity Cost of Capital) merupakan discount factor yang biasanya digunakan sebagai acuan dalam perhitungan IRR, untuk menentukan layak tidaknya gagasan usaha yang diajukan. SOCC berhubungan erat dengan IRR, yaitu jika IRR > SOCC usaha dikatakan layak, jika IRR = SOCC maka usaha mencapai BEP, dan jika IRR < SOCC maka usaha dikatakan tidak layak.

Review ekotek (agrotechnopreneur indonesia)

Standard

Buku Wawasan, Tantangan, dan Peluang Agrotechnopreneur Indonesia dapat menambah wawasan kita. Buku ini sangat bermanfaat, khususnya bagi para ”agrotechnopreneur”. Dalam buku ini dijelaskan mengenai berbagai hai yang berkaitan dengan industri pertanian. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana agar kita dapat menjadi seorang agropreneur yang baik, langkah-langkah apa yang harus kita ambil agar berhasil, dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa untuk menjadi seorang agrotechnopreneur dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas litbang bagi pengembangan usahanya.

Buku ini juga membahas mengenai persaingan global yang memang menjadi topik hangat saat ini. Selain itu, disinggung juga mengenai politik, bisnis, berserta permasalahannya yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah KKN. Penerapan konsep good governance dengan baik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam buku disebutkan sektor industri di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan negara lain. Pembangunan industri yang berkelanjutan merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Industri yang berkelanjutan akan membawa manfaat yang sangat banyak jika diterapkan dengan baik dan tepat sasaran.

Pengetahuan kita terhadap isu-isu pangan yang ada menjadi bertambah setelah membaca buku ini. Selain itu disebutkan juga mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja mutu industri pangan agar lebih baik lagi. Selain itu juga disinggung mengenai inovasi yang berhasil di negara-negara lain. Inovasi yang menarik yaitu negara Malaysia yang menciptakan bisnis produk halal.

Buku ini dapat memberikan kita motivasi untuk menjadi seorang agrotecnopreneur yang sukses melalui cerita-cerita keberhasilan para agrotechnepreuner di ASEAN. Kita dapat mengambil banyak pelajaran yang berharga dari cerita tersebut, diantaranya kiat-kiat agar bisa sukses dalam menciptakan suatu bisnis, bagaimana pengalaman mereka ketika memulai suatu bisnis, dan kegigihan usaha mereka sehingga bisnis mereka berhasil. Salah satu kisah perjalanan bisnis tokoh yang menarik adalah kisah Dr. Martha Tilaar yang mengembangkan industri jamu dan kosmetik. Dr. Martha Tilaar memulai bisnisnya dari skala kecil (garasi), dan sekarang sudah berkembang menjadi Martha Tilaar grup. Perjalanan para tokoh hingga meraih kesuksesan patut dijadikan contoh bagi kita para pemula untuk memulai suatu usaha.

Menjadi seorang agrotechnopreneur  tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Dalam buku ini dijelaskan tantangan apa saja yang mungkin akan kita hadapi untuk menjadi seorang agrotechnopreneur di Indonesia. Dalam buku ini disebutkan bahwa masih banyak masalah yang harus ditangani Indonesia untuk memajukan kesejahteraan masyarakatnya. Selain tantangan, dibahas juga mengenai peluang bisnisnya. Salah satunya adalah mengenai tantangan dan peluang bisnis biodiesel. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi orang yang akan membuka bisnis biodiesel.